Pengantar
1.
Pengertian
Psikoterapi
Psikoterapi berasal dari dua kata yaitu
“psyche” dan “therapy”. Kata “psyche” berarti jiwa.
Sedangkan “therapy” yang berarti penyembuhan. Sehingga dalam arti sempit
dapat dikatakan bahwa psikoterapi adalah
penyembuhan terhadap kejiwaan seseorang.
Pengertian psikoterapi menurut
beberapa Ahli :
a.
Corsini
Psikoterapi adalah proses moral dari interaksi dari dua pihak.
Setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang. Tetapi ada kemungkinan terdiri
dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan untuk keadaan yang
tidak menyenangkan pada salah satu bidang.
b.
Lewis R. Worberg M.D.
Dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy, mengatakan
psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alat-alat psikologi terhadap
permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara
sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan ;
menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai
(perbaikan) pola tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta
perkembangan kepribadian yang positif.
c.
Warson dan Morse
Psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi antara dua orang
pasien dan terapis pada mana memiliki dari interaksi. Karena mencari bantuan
psikologis dan terapi menyusun interaksi dengan menggunakan dasar psikologis
untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupanya
dengan mengubah pikiran, perasaan, dan tindakanya.
d.
C. P. Chaplin
Dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono
mengatakan bahwa psikoterapi adalah penyembuhan lewat keyakinan agama dan
diskusi personal dengan para guru ataupun teman.
Dari beberapa pendapat para ahli
diatas, maka dapat disimpulkan Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien
dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu
menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya
membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah
dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
2.
Tujuan Psikoterapi
Tujuan Psikoterapi menurut Korchin
diantaranya :
1.
Memperkuat motivasi klien untuk
melakukan hal yang benar
2.
Mengurangi tekanan emosional
3.
Mengembangkan potensi klien
4.
Mengubah kebiasaan
5.
Memodifikasi struktur kognisi
6.
Memperoleh pengetahuan tentang diri
7.
Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang
benar
8. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi &
hubungan interpersonal
9.
Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
10.
Mengubah kondisi fisik
11.
Mengubah kesadaran diri
12.
Mengubah lingkungan sosial
3.
Unsur-Unsur Psikoterapi
Menurut Masserman ada 8 parameter pengaruh
dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi yaitu Peran
Sosial Terapis, Hubungan (Persekutuan Terapeutik), Hak, Retrospeksi, Reduksi,
Rehabilitasi, Memperbaiki gangguan perilaku berat, Resosialisasi dan
Rekapitulasi.
4.
Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Perbedaan Psikoterapi dan Konseling menurut Brammer dan Shostrom
(1977) :
Konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti: “educational, vocational, supportive,
situasional, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan
short-term.”
Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis,
analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problems
and long-term.”
Kemudian, perbedaan psikoterapi dan
konseling disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson
dan Rudolph (1983) sebagai berikut:
-
Psikoterapi
untuk
1.
Pasien
2.
Ganguan
yang serius
3.
Masalah
kepribadian dan pengambilan keputusan
4.
Berhubungan
dengan penyembuhan
5.
Lingkungan
medis
6.
Berhubungan
dengan ketidaksadaran
7.
Metode
Penyembuhan
-
Konseling
untuk
1.
Klien
2.
Gangguan
yang kurang serius
3.
Masalah:
jabatan, pendidikan
4.
Berhubungan
dengan pencegahan
5.
Lingkungan
pendidikan dan non-medis
6.
Berhubungan
dengan kesadaran
7.
Metode
Pendidikan
5.
Pendekatan dengan Mental Illness
a.
Psychoanalysis dan Psychodynamic
Berfokus
terhadap mengubah masalah prilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami
akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadarnya untuk mendapat
solusi. Tokohnya adalah Sigmund Freud.
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
b.
Behavior Therapy
Berfokus
dalam hukum pembelajaran. Perilaku seseorang akan dipengaruhi proses
pembelajaran seumur hidup. Tokohnya adalah Ivan Pavlov yang menemukan teknik Classical
Conditioning Assosiative Learning. Inti dari pendekatan Behavior
Therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asossiasi
(hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).
Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Behavior Therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.
c.
Cognitive Therapy
Cognitive
therapy memiliki konsep bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh pikirannya (adanya difungsi pikiran akan menyebabkan
difungsi perilaku). Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.
Tokohnya Albert Ellis dan Aaron Beck. Tujuan utama pendekatan kognitif adalah
mengubah pola pikir dengan cara mengubah meningkatkan kesadaran dalam pola
pikir rasional.
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT) dan sebagainya.
d.
Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu
unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi
humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan
saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk
mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Metode psikoterapi yang yang
termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt
Therapy, Client-Centered Therapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family
Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.
e.
Integrative / Holistic Therapy
Integrative Therapy
digunakan apabila seseorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang
tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Tujuannya adalah
untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.
Terapi Psikoanalisis
1.
Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
a. Kesadaran dan ketaksadaran
Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil
dari keseluruhan jiwa. Seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya
berada dibawah permukaan air, bagian jiwa yang terbesar berada dibawah
permukaan kesadaran. Ketaksadaran menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan, dan
bahan-bahan yang di represi. Freud percaya, bahwa sebagian besar fungsi psikologis
berada di luar kesadaran. Sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat
motif-motif tak sadar menjadi disadari, karena hanya ketika menyadari
motif-motif tersebutlah individu bisa melaksanakan pilihan. Walaupun diluar
kesadaran, ketaksadaran tetap mempengaruhi tingkah laku. Proses-proses tak
sadar adalah akar dari gejala dan tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini,
penyembuhan adalah upaya untuk menyingkap gejala-gejala, sebab tingkah laku dan
bahan-bahan yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
b.
Struktur
Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur
kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu:
(1)
Id
Kepribadian seseorang hanya terdiri dari id
ketika dilahirkan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id
tidak bisa mentoleransi tegangan, dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu
sesegera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatik. Id diatur oleh asas
kesenangan, bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan.
(2)
Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan
mengatur. Tugas utama Ego adalah menjadi pengantar naluri-naluri dengan
lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego
berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan
bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan.
(3)
Superego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi
individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk,
benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal yang real dan
mendorong bukan pada kesenangan tetapi pada kesempurnaan. Superego berfungsi
menghambat impuls-impuls dari Id.
c.
Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu
individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme
pertahanan ego tidak selalu patologis dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika
tidak menjadi suatu gaya hidup. Berikut ini beberapa bentuk mekanisme
pertahanan ego:
(1)
Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap
keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan
yang membangkitkan kecemasan.
(2)
Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima
oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang
tidak disukai dan ia tiak bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri.
(3)
Fiksasi
Fiksasi adalah menjadi “terpaku” pada
tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap
selanjutnya bisa menyebabkan kecemasan.
(4)
Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang
tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
(5)
Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghindari
ego dari cedera atau memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan
menjadi tidak begitu menyakitkan.
(6)
Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara
sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
(7)
Displacement
Displacement adalah mengarahkan
energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sebenarnya,
tidak bisa dijangkau.
(8)
Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan
kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketidak sadaran,
atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan salah
satu konsep Freud yang paling penting.
(9)
Formasi
reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang
berlawanan dengan keinginan tak sadar. Jika perasaan-perasaan yang lebih dalam
menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan
untuk menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman.
d.
Perkembangan Psikoseksual
Sumbangan yang berarti dalam model psikoanalitik
adalah pelukisan tahap-tahap perkembangan psikososial dan psikoseksual individu
dari lahir hingga dewasa yakni Fase Oral, Fase Anal, Fase Falik, Fase Laten, Fase Genital.
-
Tahun
pertama kehidupan : Fase Oral
Dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang
bayi menjalani fase oral. Mengisap buah dada ibu memuaskan kebutuhan akan makanan
dan akan kesenangan karena mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka
selama fase oral.
Tugas perkembangan utama fase oral adalah
memperoleh rasa percaya, yaitu percaya kepada orang lain, dunia, dan diri
sendiri.
-
Usia
satu sampai tiga tahun : Fase Anal
Tugas yang harus diselesaikan ada fase ini
adalah belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar
bagaimana mengakui dan menangani perasaan-perasaan yang negatif. Selama fase
anal, anak dipastikan akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci,
hasrat merusak, marah, dsb.
-
Usia
tiga sampai lima tahun : Fase Falik
Selama fase falik, aktivitas seksual menjadi
lebih intens dan perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin yaitu penis pada
anak laki-laki dan klitoris pad anak perempuan. Pada fase falik, masturbasi
meningkat frekuensinya. Anak-anak menjadi lebih ingin tau tentang tubuhnya,
mereka berhasrat untuk mengekplorasi tubuh sendiri dan untuk menemukan
perbedaan-perbedaan diantar kedua jenis kelamin.
2.
Unsur-Unsur Terapi
Psikoanalisis
a.
Timbulnya gangguan
Terapis
melakukan upaya memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan
yang dimiliki klien, untuk lebih mengenal penyebab gangguan yang dialaminya,
kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila
klien mengalami gangguan, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari
solusi dengan cepat
b.
Tujuan terapi
Fokus
dalam usaha penguatan diri klien, agar dikemudian hari bila klien mengalami
masalah yang serupa, maka klein akan lebih siap menghadapi gangguan yang
dialaminya.
c.
Peran terapis
Memberi
bantuan kepada klien untuk mencapai kesadaran diri, keyakinan, kejujuran, dan
keefektifan dalam melakukan hubungan personal, menangani kecemasan atau
depresi secara realistis, juga membangun hubungan kerja dengan klien dengan
banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus jika
klien memberikan penolakan, serta mendengarkan dengan sabar tentang kesenjangan
dan pertentangan pada cerita klien.
3.
Teknik Terapi
Psikoanalisis
a.
Asosiasi Bebas
Asosiasi
Bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu
& pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di
masa lalu.
b.
Penafsiran
Penafsiran
adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2
dan transferensi. Bentuknya, tindakan analisa yang menyatakan, menerangkan, bahkan
mengajari klien makna-makna tingkah laku.
c.
Analisis Mimpi
Analisis
mimpi adalah suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang
tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yg tak
terselesaikan.
d.
Analisis dan Penafsiran Resistensi
Analisis
dan Penafsiran Resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan
yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
e.
Analisis dan Penafsiran Transferensi
Analisis
dan Penafsiran Transferensi adalah teknik utama dalam Psikoanalisis karena
mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi.
Referensi :
Basuki, H. (2008). Psikologi umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma
Corey,
G. (2007). Teori dan praktek
konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Mappiare, A. (1992). Pengantar konseling
dan psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental.
Yogyakarta: Kanisius
indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13988/pengantr-fix.doc
indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/21332/TERAPI+PSIKOANALISIS.doc
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=373