Kamis, 17 Maret 2016

TULISAN I - PSIKOTERAPI



Contoh Kasus yang Dapat Ditangani Menggunakan Terapi Psikoanalisis
Perempuan.com – Namaku Teresia, kini usiaku sudah 33 tahun. Kata teman-teman, aku cantik dan proporsional dengan tinggi badan 165 cm dan berat 51 kg.  Dengan wajah rupawan tak sulit bagiku untuk mendapatkan pacar. Sejak SMA hingga kuliah aku sudah berbelas kali putus sambung. Jika pacarku menampakkan gejala serius, aku pasti mencari alasan untuk memutuskannya.
Entah kenapa aku takut dengan komitmen. Aku takut berumah tangga dan menjalin ikatan keluarga. Aku hanya senang pacaran saja. Namun, setelah usiaku menginjak 30 tahun dan semua sahabat perempuanku sudah menikah, aku merasa ada yang salah dengan diriku. Entah kenapa aku begitu takut untuk menikah.
Setiap pacarku mengajak ke jenjang lamaran, terbayang peristiwa mengenaskan tentang Ibuku yang sering disakiti oleh Ayah. Ibuku adalah Ibu rumah tangga, ibu sangat memuja Ayah sehingga apapun yang Ayah lakukan Ibu hanya diam. Bahkan suatu hari Ibu di pukul oleh Ayah hingga berdarah hidungnya. Ibu hanya diam dan duduk membiarkan Ayah memukulinya lebih hebat.
Saat itu aku masih kanak-kanak, aku hanya bisa menangis di balik lemari melihat kegarangan Ayah. Aku beserta adikku seringkali bersembunyi dibawah kolong ranjang berharap Ayah tak menemukan kami. Kami berdua berpelukan dan saling membekap mulut agar tak bersuara. Pengalaman ini sungguh menakutkan.
Ayahku dulu bekerja di sebuah bank besar di bagian administrasi, namun sejak kena pemutusan hubungan kerja, Ayah menjadi mudah marah dan menjadi kejam dirumah. Kesalahan kecil saja sudah membuat Ayah meradang. Pernah suatu hari Ayah pulang dari pergi dan tak menemukan Ibu dirumah. Ibu sedang ke rumah tetangga untuk menengok anak tetangga yang sakit. Ibu sudah berpesan padaku agar menutup pintu rumah. Ternyata aku lupa menutup pintu rumah, saat Ayah pulang. Ayah nampak mulai marah dan memintaku untuk memanggil Ibu.
Dengan tergopoh-gopoh Ibu pulang.  Ayah sudah menghadang di depan pintu rumah dan langsung melayangkan tinjunya tepat di pipi Ibu. Ketika Ibu terjatuh, Ayah bukannya menolong tetapi terus  menendang Ibu. Aku dan adik menjerit-jerit ketakutan namun Ayah juga memukul keras wajahku serta mendorong adikku hingga jatuh. Ibu berteriak melarangnya hingga Ibu pingsan.
Selama beberapa hari ke depan Ibu tak mau keluar rumah, akulah yang disuruh ke warung untuk membeli sayur serta keperluan memasak. Jika warna biru di wajah ibuku sudah hilang, barulah Ibu berani pergi ke warung untuk belanja. Hal ini terjadi berulang kali, hingga suatu hari Ayah tak pernah pulang lagi. Ayah hanya meninggalkan sepucuk surat yang mengatakan bahwa Ayah pergi mencari kerja ke kota Sumatera. Sejak itu kami tak pernah bertemu Ayah lagi.
Namun sejak saat itu, aku tak ingin berumah tangga, demikian pula dengan adik, walaupun Ibu pernah menanyakan, kapan aku akan berumah tangga, tapi aku tak minat. Aku tak ingin mempunyai suami seperti Ayahku.
Kata Ibu, dulu saat pacaran Ayah sangat baik dan memanjakan Ibu. Namun setelah menikah dua tahun perangai Ayah mulai berubah. Ayah senang memaki kotor dan melempar barang dirumah jika marah. Lama-lama Ayah malah memukul dan mencederai Ibu.
Biarlah aku memilih hidup seperti ini. Aku sudah memutuskan tak ingin menikah. Aku tak ingin dipukuli seperti Ibuku.

ANALISIS KASUS :
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Teresa mengalami trauma sehingga ia merasakan fobia (takut yang berlebihan) terhadap pernikahan. Trauma ini dapat ditangani menggunakan terapi psikoanalisis dengan teknik asosiasi bebas. Asosiasi Bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu & pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu. Terapis meminta klien untuk duduk dengan santai lalu menceritakan semua pengalaman yang ia ingat terkait dengan penyebab traumanya tersebut. Terapis mencoba untuk terus menggali informasi dengan membuat Klien mengingat kejadian-kejadian yang membuat ia trauma sehingga dapat memancing emosi klien. Setelah itu klien diberikan katarsis atau pelampiasan seperti berteriak sekeras-kerasnya didalam ruangan katarsis atau diberikan boneka yang dapat ia gunakan sebagai pelampiasan akan kemarahannya. Setelah itu klien akan merasa lebih lega. Teknik asosiasi bebas ini dapat membantu klien untuk mengekspresikan segala ketakutan, kesedihan, dan kemarahan yang  dirasakan akibat dari pengalaman buruk yang membuatnya menjadi trauma.

Referensi Contoh Kasus :
http://perempuan.com/story/trauma-membuat-aku-takut-menikah/

TUGAS I : PSIKOTERAPI



Pengantar
1.   Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi berasal dari dua kata yaitu “psyche” dan “therapy”. Kata “psyche” berarti jiwa. Sedangkan “therapy” yang berarti penyembuhan. Sehingga dalam arti sempit dapat dikatakan  bahwa psikoterapi adalah penyembuhan terhadap kejiwaan seseorang.
Pengertian psikoterapi menurut beberapa Ahli :
a.      Corsini
Psikoterapi adalah proses moral dari interaksi dari dua pihak. Setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang. Tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan untuk keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu bidang.
b.     Lewis R. Worberg M.D.
Dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy, mengatakan psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alat-alat psikologi terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan ; menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif.
c.      Warson dan Morse
Psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi antara dua orang pasien dan terapis pada mana memiliki dari interaksi. Karena mencari bantuan psikologis dan terapi menyusun interaksi dengan menggunakan dasar psikologis untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupanya dengan mengubah pikiran, perasaan, dan tindakanya.
d.     C. P. Chaplin
Dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Dr. Kartini Kartono mengatakan bahwa psikoterapi adalah penyembuhan lewat keyakinan agama dan diskusi personal dengan para guru ataupun teman.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan  Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.

2.   Tujuan Psikoterapi
Tujuan Psikoterapi menurut Korchin diantaranya :
1.       Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
2.       Mengurangi tekanan emosional
3.       Mengembangkan potensi klien
4.       Mengubah kebiasaan
5.       Memodifikasi struktur kognisi
6.       Memperoleh pengetahuan tentang diri
7.       Memperkuat motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
8.  Mengembangkan kemampuan berkomunikasi & hubungan  interpersonal
9.       Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan
10.  Mengubah kondisi fisik
11.  Mengubah kesadaran diri
12.  Mengubah lingkungan sosial

3.   Unsur-Unsur Psikoterapi
Menurut Masserman ada 8 parameter pengaruh dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi yaitu Peran Sosial Terapis, Hubungan (Persekutuan Terapeutik), Hak, Retrospeksi, Reduksi, Rehabilitasi, Memperbaiki gangguan perilaku berat, Resosialisasi dan Rekapitulasi.

4.   Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Perbedaan Psikoterapi dan Konseling menurut Brammer dan Shostrom (1977) :
Konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti: “educational, vocational, supportive, situasional, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short-term.”
Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “supportive (dalam keadaan krisis), reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problems and long-term.”
Kemudian, perbedaan psikoterapi dan konseling disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983) sebagai berikut:
-        Psikoterapi untuk  
1.     Pasien
2.     Ganguan yang serius
3.     Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4.     Berhubungan dengan penyembuhan 
5.     Lingkungan medis
6.     Berhubungan dengan ketidaksadaran
7.     Metode Penyembuhan
-        Konseling untuk
1.     Klien 
2.     Gangguan yang kurang serius
3.     Masalah: jabatan, pendidikan
4.     Berhubungan dengan pencegahan
5.     Lingkungan pendidikan dan non-medis
6.     Berhubungan dengan kesadaran
7.     Metode Pendidikan

5.   Pendekatan dengan Mental Illness
a.      Psychoanalysis dan Psychodynamic
Berfokus terhadap mengubah masalah prilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadarnya untuk mendapat solusi. Tokohnya adalah Sigmund Freud.
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
b.     Behavior Therapy
Berfokus dalam hukum pembelajaran. Perilaku seseorang akan dipengaruhi proses pembelajaran seumur hidup. Tokohnya adalah Ivan Pavlov yang menemukan teknik Classical Conditioning Assosiative Learning. Inti dari pendekatan Behavior Therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asossiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).
Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Behavior Therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.
c.      Cognitive Therapy
Cognitive therapy memiliki konsep bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh pikirannya (adanya difungsi pikiran akan menyebabkan difungsi perilaku). Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy  lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Tokohnya Albert Ellis dan Aaron Beck. Tujuan utama pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara mengubah meningkatkan kesadaran dalam pola pikir rasional.
Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT) dan sebagainya.
d.     Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri. 
Metode psikoterapi yang yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client-Centered Therapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.
e.      Integrative / Holistic Therapy
Integrative Therapy digunakan apabila seseorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Tujuannya adalah untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.


Terapi Psikoanalisis
1.   Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
a.      Kesadaran dan ketaksadaran
Bagi Freud, kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air, bagian jiwa yang terbesar berada dibawah permukaan kesadaran. Ketaksadaran menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan, dan bahan-bahan yang di represi. Freud percaya, bahwa sebagian besar fungsi psikologis berada di luar kesadaran. Sasaran terapi psikoanalitik adalah membuat motif-motif tak sadar menjadi disadari, karena hanya ketika menyadari motif-motif tersebutlah individu bisa melaksanakan pilihan. Walaupun diluar kesadaran, ketaksadaran tetap mempengaruhi tingkah laku. Proses-proses tak sadar adalah akar dari gejala dan tingkah laku neurotik. Dari perspektif ini, penyembuhan adalah upaya untuk menyingkap gejala-gejala, sebab tingkah laku dan bahan-bahan yang direpresi yang menghalangi fungsi psikologis yang sehat.
b.     Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu:
(1)     Id
Kepribadian seseorang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id tidak bisa mentoleransi tegangan, dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu sesegera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatik. Id diatur oleh asas kesenangan, bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan.
(2)     Ego
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Tugas utama Ego adalah menjadi pengantar naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan.
(3)     Superego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian, kode moral bagi individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal yang real dan mendorong bukan pada kesenangan tetapi pada kesempurnaan. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls dari Id.
c.      Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego membantu individu mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego tidak selalu patologis dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup. Berikut ini beberapa bentuk mekanisme pertahanan ego:
(1)     Penyangkalan
Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam. Individu menolak sejumlah aspek kenyataan yang membangkitkan kecemasan.
(2)     Proyeksi
Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain. Seseorang melihat pada diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tiak bisa menerima adanya hal-hal itu pada diri sendiri.
(3)     Fiksasi
Fiksasi adalah menjadi “terpaku” pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ke tahap selanjutnya bisa menyebabkan kecemasan.
(4)     Regresi
Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
(5)     Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghindari ego dari cedera atau memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak begitu menyakitkan.
(6)     Sublimasi
Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
(7)     Displacement
Displacement adalah mengarahkan energi kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sebenarnya, tidak bisa dijangkau.
(8)     Represi
Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan, mendorong kenyataan yang tidak bisa diterima kepada ketidak sadaran, atau menjadi tidak menyadari hal-hal yang menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting.
(9)     Formasi reaksi
Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan keinginan tak sadar. Jika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman.
d.     Perkembangan Psikoseksual
Sumbangan yang berarti dalam model psikoanalitik adalah pelukisan tahap-tahap perkembangan psikososial dan psikoseksual individu dari lahir hingga dewasa yakni Fase Oral, Fase Anal, Fase Falik, Fase Laten, Fase Genital.
-        Tahun pertama kehidupan : Fase Oral
Dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral. Mengisap buah dada ibu memuaskan kebutuhan akan makanan dan akan kesenangan karena mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama fase oral.
Tugas perkembangan utama fase oral adalah memperoleh rasa percaya, yaitu percaya kepada orang lain, dunia, dan diri sendiri.
-        Usia satu sampai tiga tahun : Fase Anal
Tugas yang harus diselesaikan ada fase ini adalah belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani perasaan-perasaan yang negatif. Selama fase anal, anak dipastikan akan mengalami perasaan-perasaan negatif seperti benci, hasrat merusak, marah, dsb.
-        Usia tiga sampai lima tahun : Fase Falik
Selama fase falik, aktivitas seksual menjadi lebih intens dan perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin yaitu penis pada anak laki-laki dan klitoris pad anak perempuan. Pada fase falik, masturbasi meningkat frekuensinya. Anak-anak menjadi lebih ingin tau tentang tubuhnya, mereka berhasrat untuk mengekplorasi tubuh sendiri dan untuk menemukan perbedaan-perbedaan diantar kedua jenis kelamin.

2.   Unsur-Unsur Terapi Psikoanalisis
a.      Timbulnya  gangguan
Terapis melakukan upaya memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan yang dimiliki klien, untuk lebih mengenal penyebab gangguan yang dialaminya, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat
b.     Tujuan terapi
Fokus dalam usaha penguatan diri klien, agar dikemudian hari bila klien mengalami masalah yang serupa, maka klein akan lebih siap menghadapi gangguan yang dialaminya.
c.      Peran terapis
Memberi bantuan kepada klien untuk mencapai kesadaran diri, keyakinan, kejujuran, dan keefektifan  dalam melakukan hubungan personal, menangani kecemasan atau depresi secara realistis, juga membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus jika klien memberikan penolakan, serta mendengarkan dengan sabar tentang kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.

3.   Teknik Terapi Psikoanalisis
a.      Asosiasi Bebas
Asosiasi Bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu & pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu.
b.     Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi. Bentuknya, tindakan analisa yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku.
c.      Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan.
d.     Analisis dan Penafsiran Resistensi
Analisis dan Penafsiran Resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
e.      Analisis dan Penafsiran Transferensi
Analisis dan Penafsiran Transferensi adalah teknik utama dalam Psikoanalisis karena mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi.


Referensi :
Basuki, H. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Mappiare, A. (1992). Pengantar konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental. Yogyakarta: Kanisius
indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/13988/pengantr-fix.doc
indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/21332/TERAPI+PSIKOANALISIS.doc
library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=373

 

DINKY'S BLOG Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang