A. Kebudayaan Daerah Lampung yang Mulai Ditinggalkan Pada Era Globalisasi
Sastra
Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyebaran sastra lisan Lampung saat ini terancam punah akibat terbatasnya penguasaan masyarakat terhadap bahasa daerah sebagai bahasa pengantar. Masyarakat asli Lampung pun malu menggunakan bahasa daerahnya sendiri.
Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyebaran sastra lisan Lampung saat ini terancam punah akibat terbatasnya penguasaan masyarakat terhadap bahasa daerah sebagai bahasa pengantar. Masyarakat asli Lampung pun malu menggunakan bahasa daerahnya sendiri.
Alat
Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global). Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Namun, Banyaknya alat musik modern, membuat alat musik tradisional seperti Gamelon Pkhing atau Cetik Lampung mulai ditinggalkan.
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern (musik modern yang mengadopsi kebudayaan musik global). Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Namun, Banyaknya alat musik modern, membuat alat musik tradisional seperti Gamelon Pkhing atau Cetik Lampung mulai ditinggalkan.
Tari
Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Pengunten). Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung. Tetapi, semakin hari minat generasi muda terhadap tarian adat terus menurun.
Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Pengunten). Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung. Tetapi, semakin hari minat generasi muda terhadap tarian adat terus menurun.
Busana
Adat
Daerah Lampung dikenal sebagai
penghasil kain tapis, kain tenun bersulam benang emas yang indah. Kain ini
dibuat oleh wanita. Pada penyelenggaraan upacara adat, seperti perkawinan,
tapis yang dipenuhi sulaman benang emas dengan motif yang indah merupakan
kelengkapan busana adat daerah Lampung.
Rumah Adat
Rumah adat pribumi Lampung bernama Sessat. Bentuk bangunan dimaksud berdasarkan keasliannya mempunyai ciri-ciri fisik berbentuk panggung bertiang yang bahan bangunannya sebagian besar terbuat dari kayu. Pada sisi bangunan tertentu ada yang memiliki ornamen yang khas. Umumnya sessat ini berupa rumah besar. Namun dewasa ini, rumah-rumah adat (sessat) di kampung-kampung penduduk asli Lampung sebagian besar dibangun tidak bertiang/depok (berlantai di tanah). Sedangkan fungsinya tetap sama.Secara umum bentuk bangunan tempat tinggal di lingkungan masyarakat pribumi Kabupaten Lampung boleh di bilang cukup beraneka ragam. Keanekaragaman ini sesuai dengan pola serta seni pertukangan yang ada. Kanyataan itu dapat di lihat dari keragaman bentuk rumah (bahasa daerah: rumah= nuwo) yang didirikan oleh warga setempat sebagai tempat tinggal/berdiam, mengembangkan keturunan/berkeluarga dan sebagainya. Tetapi sudah jarang kita dapat melihat rumah adat lampung (sessat) di kota Bandar lampung.
Rumah adat pribumi Lampung bernama Sessat. Bentuk bangunan dimaksud berdasarkan keasliannya mempunyai ciri-ciri fisik berbentuk panggung bertiang yang bahan bangunannya sebagian besar terbuat dari kayu. Pada sisi bangunan tertentu ada yang memiliki ornamen yang khas. Umumnya sessat ini berupa rumah besar. Namun dewasa ini, rumah-rumah adat (sessat) di kampung-kampung penduduk asli Lampung sebagian besar dibangun tidak bertiang/depok (berlantai di tanah). Sedangkan fungsinya tetap sama.Secara umum bentuk bangunan tempat tinggal di lingkungan masyarakat pribumi Kabupaten Lampung boleh di bilang cukup beraneka ragam. Keanekaragaman ini sesuai dengan pola serta seni pertukangan yang ada. Kanyataan itu dapat di lihat dari keragaman bentuk rumah (bahasa daerah: rumah= nuwo) yang didirikan oleh warga setempat sebagai tempat tinggal/berdiam, mengembangkan keturunan/berkeluarga dan sebagainya. Tetapi sudah jarang kita dapat melihat rumah adat lampung (sessat) di kota Bandar lampung.
B. ANALISIS: Mengapa budaya daerah mulai ditinggalkan, apakah ada pengaruh budaya luar?
Banyak remaja yang menganggap bahwa mempelajari budaya tradisional itu kuno, kebudayaan itu statis bahkan memalukan. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Banyak nilai penting yang terkandung di dalamnya, seperti nilai historis dan estetika.
Selain itu, kebudayaan daerah mulai ditinggalkan karena rendahnya minat masyarakat terutama remaja dalam menghayati kebudayaan daerah dan lebih tertarik dengan kebudayaan asing seperti kebudayaan barat.
Derasnya arus globalisasi merupakan salah satu pendorong tingginya minat generasi muda pada budaya luar. Namun, tidak tepat jika globalisasi menjadi pihak yang paling disalahkan atas terjadinya degradasi kebudayaan di kalangan remaja. Justru hal itu harus menjadi tantangan bagi semua pihak agar makin peduli dan menyosialisasikan kebudayaan asli Indonesia bagi anak-anak dan generasi muda.
C. SOLUSI:
Bagaimana solusi agar budaya daerah kembali bangkit?
-
Menanamkan minat sejak dini pada kebudayaan daerah Indonesia
-
Menjalani kehidupan sehari hari dengan berpedoman pada
kebudayaan Indonesia
-
Mengikuti festival-festival kebudayaan daerah
-
Mensosialisasikan pentingnya mengenali kebudayaan
daerah pada era globalisasi
-
Mempelajari dan mengenali kebudayaan
daerah Indonesia ( Tarian, kerajinan tangan, seni bertutur, alat
musik daerah membangun rumah tekhnik kebudayaan daerah dan lain lain )
Sudah saat nya kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan budaya barat. Oleh karena itu mulai disadari bahwa kebudayaan daerah di Indonesia. Memiliki keunggulan mulai dari pandangan tentang alam hingga pranata sosial dan masyarakat barat juga mulai menyadari kekurangan kebudayaan mereka sendiri, yang terlihat lewat ketertarikan kepada kebudayaan timur sebagai penawar kegelisahan mereka.
Mengenali dan mengembangkan kebudayaan Indonesia adalah tugas yang diemban oleh setiap warga Negara Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaan menunggu untuk dikenali, dikembangkan hingga akhir nya dapat hidup dan tidak kalah dengan budaya barat.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung
http://www.lampungprov.go.id/kebudayaan-lampung.html
http://ulunlampung.blogspot.com/2007/11/seni-tradisi-sastra-lisan-lampung.html
http://www.tribunnews.com/seleb/2013/01/29/menyelamatkan-cetik-lampung-yang-tergerus-zaman
http://lampost.co/berita/minat-remaja-pada-budaya-daerah-menurun
http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung
http://www.lampungprov.go.id/kebudayaan-lampung.html
http://ulunlampung.blogspot.com/2007/11/seni-tradisi-sastra-lisan-lampung.html
http://www.tribunnews.com/seleb/2013/01/29/menyelamatkan-cetik-lampung-yang-tergerus-zaman
http://lampost.co/berita/minat-remaja-pada-budaya-daerah-menurun
http://kabarlampung.com/rumah-adat-lampung/kebudayaan