A.
Mengendalikan
Fungsi Manajemen
1.
Definisi Mengendalikan
(Controlling)
Manajemen adalah suatu rangkaian
aktivitas (termasuk perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan
pengendalian) yang diarahkan pada penggunaan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Pengendalian atau controlling adalah bagian terakhir dari
fungsi manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan
proses manajemen, karena itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
Pengendalian
manajemen adalah suatu usaha sistematik oleh
manajemen bisnis untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah diterapakan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan perusahaan.
Beberapa
pengertian pengendalian menurut para Ahli :
Menurut Konntz dan O’Donnell (1964), Pengendalian
adalah pengukuran atau perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan agar
rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dapat
terselenggara dengan baik.
Menurut George R. Terry, Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Menurut Robert J. Mockler, Pengawasan
manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapakan standar pelaksanaan
dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan-tujuan perusahaan.
2.
Langkah -
Langkah Controlling
Menurut
Kadarman (2001) langkah-langkah proses pengawasan yaitu:
a. Menetapkan Standar
Karena perencanaan merupakan tolak ukur untuk
merancang pengawasan, maka secara logis hal irri berarti bahwa langkah pertama
dalam proses pengawasan adalah menyusun rencana. Perencanaan yang dimaksud
disini adalah menentukan standar.
b. Mengukur Kinerja
Langkah kedua dalam pengawasan adalah
mengukur atau mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah
ditentukan.
c. Memperbaiki Penyimpangan
Proses pengawasan tidak lengkap jika tidak
ada tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
3.
Tipe-Tipe Controlling
Ada 4 tipe kontrol dalam
pengendalian manajemen, yaitu :
a.
Pengendalian
dari dalam organisasi (kontrol internal)
Pengendalian
dari dalam organisasi adalah pengendalian yang dilakukan oleh oleh aparat/unit pengendalian
yang dibentuk dari dalam organisasi itu sendiri (dalam satu atap). Aparat/unit
pengendalian ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan oleh
pimpinan untuk melihat dan menilai kemajuan atau kemunduran dalam pelaksanaan
pekerjaan. Selain itu pimpinan dapat mengambil suatu tindakan korektif terhadap
hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya (internal control), misalnya unit kerja
Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan di tingkat departemen.
b.
Pengendalian
luar organisasi (kontrol eksternal)
Pengendalian
luar organisasi adalah pengendalian yang dilakukan oleh Aparat/Unit
Pengendalian dari luar organisasi terhadap departemen (lembaga pemerintah
lainnya) atas nama pemerintah. Selain itu pengawasan dapat pula dilakukan oleh
pihak luar yang ditunjuk oleh suatu organisasi untuk minta bantuan
pemeriksaan/pengendalian terhadap organisasinya. Misalnya Konsultan Pengawas,
Akuntan swasta dan sebagainya.
c.
Pengendalian
preventif
Pengendalian
preventif adalah pengendalian yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan.
Maksud pengendalian preventif adalah untuk mencegah terjadinya
kekeliruan/kesalahan.
d.
Pengendalian
represif
Pengendalian
represif adalah pengendalian yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan
pekerjaan. Maksud dilakukannya pengendalian represif adalah untuk menjamin
kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya tidak menyimpang dari yang
telah direncanakan (dalam pengendalian anggaran disebut post- audit).
4.
Strategi Controlling dalam Manajemen
Proses
pengendalian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan manajer untuk
memastikan bahwa tujuan umum dan stategi yang dipilih telah diterapkan sesuai
yang diinginkan.
Adapun
bagan proses pengendalian dapat digambarkan sebagai berikut:
a.
Penetapan
standar pelaksanaan
b.
Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan
c.
Pengukuran
pelaksanaan kegiatan nyata
d.
Pembandingan
dengan standar pelaksanaan
e.
Pengambilan
tindakan koreksi bila perlu
B.
Kekuasaan dan
Pengaruh
1.
Pengertian
Kekuasaan
Pengertian kekuasaan menurut para Ahli :
Menurut Max Weber, kekuasaan merupakan suatu
kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada
dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang
menghilangkan halangan. Sedangkan menurut Walter Nord, kekuasaan adalah suatu
kemampuan untuk mempengaruhi aliran, energi dan dana yang tersedia untuk
mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya. Kekuasaan
dipergunakan hanya jika tujuan-tujuan tersebut paling sedikit mengakibatkan
perselisihan satu sama lain.
Menurut Miriam Budiardjo, kekuasaan adalah
kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan
kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak
boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan
seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain
sesuai dengan keinginan dari pelaku. Sedangkan menurut Abdul Muiz, Kekuasaan
adalah suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Kekuasaan seringkali
dipergunakan silih berganti dengan istilah pengaruh dan otoritas.
2. Sumber – Sumber Kekuasaan
Ada pun sumber kekuasaan itu sendiri ada 3
macam,yaitu:
a.
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
1)
Kekuasaan
formal atau Legal
Contohnya
komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri.
2)
Kekuasaan atas
sumber dan ganjaran
Majikan
yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku
atau kepala kantor yang dapat memberi ganjaran kepada anggota atau bawahannya.
3)
Kendali atas
hukum
Kepemimpinan
yang didasarkan pada rasa takut. Contohnya perman-preman yang memunguti pajak
dari pemilik toko. Para pemilik toko mau saja menuruti kehendak para preman itu
karena takut mendapat perlakuan kasar.
4)
Kendali atas
informasi
Siapa
yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Contohnya orang yang paling
tahu jalan diantara serombongan pendaki gunung yang tersesat akan menjadi
seorang pemimpin. Ulama akan menjadi pemimpin dalam agama. Ilmuan menjadi
pemimpin dalam ilmu pengetahuan.
5)
Kendali
ekologik (lingkungan)
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga
perekayasaan situasi.
b.
Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian.
1)
Keahlian atau
keterampilan
Contohnya
pasien-pasien di rumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin karena
dokterlah yang dianggap sebagai ahli untuk menyembuhkan penyakitnyaa.
2)
Persahabatan
atau kesetiaan
Sifat
dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan
sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
3)
Kharisma
Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
c.
Kekuasaan yang bersumber pada politik
1)
Kendali atas
proses pembuatan keputusan
Ketua
menentukan apakah suatu keputusan akan di buat dan dilaksanakan atau tidak.
2)
Koalisi
Ditentukan
hak dan wewenang untuk membuat kerjasama dalam kelompok.
3)
Partisipasi
Pempimpin
yang mengatur pastisipasi dari masing-masing anggotanya.
4)
Institusionalisasi
Pempimpin agama menikahkan suami istri. Notaris atau hakim menentapkan berdirinya suatu perusahaan.
Pempimpin agama menikahkan suami istri. Notaris atau hakim menentapkan berdirinya suatu perusahaan.
3.
Definisi
Pengaruh
Pengaruh (influence) adalah suatu transaksi sosial dimana seseorang atau
kelompok di bujuk oleh seorang atau kelompok lain untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan harapan mereka yang mempengaruhi.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005: 849), “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu
(orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang.” Sementara itu, Surakhmad (1982) menyatakan bahwa pengaruh adalah
kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang
dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya.
Jadi, dari pendapat-pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan
yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang
ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.
Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh
diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan
atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan
berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk
menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan
perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam
berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang
timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.
4.
Pengaruh Taktik
dalam Organisasi
Taktik-taktik
mempengaruhi (Influence Tactics) adalah
cara-cara yang biasanya digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain,
baik orang yang merupakan atasan, setingkat, atau bawahannya. Dengan mengetahui
dan menggunakan hal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan
tidak menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.
Kipnis dan
Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa
digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982).
Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan salah
satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut Influence Behavior Questionnaire (Yukl,
Lepsinger, and Lucia, 1992). Hasil penelitian Yukl dkk, menun-jukkan ada
sembilan jenis taktik yang biasa digunakan di dalam organisasi (Hugheset all,
2009), yaitu:
a.
Persuasi
Rasional (Rational Persuasion),
terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan alasan yang
logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain tertarik.
b.
Daya-tarik
Inspirasional (Inspirational Appeals),
terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan suatu
permintaan atau proposal untuk membangkitkan antusiasme atau gairah pada orang
lain.
c.
Konsultasi (Consultation), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan mengajak dan melibatkan orang yang dijadikan
target untuk berpartisipasi dalam pembuatan suatu rencana yang akan
dilaksanakan.
d.
Mengucapkan
kata-kata manis (Ingratiation),
terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan kata-kata
yang membahagiakan.
e.
Daya-tarik
Pribadi (Personal Appeals), terjadi
jika seseorang mempengaruhi orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu
karena merupakan teman atau karena dianggap loyal.
f.
Pertukaran (Exchange), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan memberikan sesuatu keuntungan tertentu kepada
orang yang dijadikan target, sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu
permintaan tertentu.
g.
Koalisi (Coalitions), terjadi jika seseorang
meminta bantuan dan dukungan dari orang lain untuk membujuk agar orang yang
dijadikan target setuju.
h. Tekanan (Pressure),
terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan ancaman,
peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
i.
Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika seseorang
mempengaruhi orang lain dengan menggunakan jabatannya, kekuasaannya, atau
dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan atau
aturan organisasi.
Referensi
:
Sukiswa, Iwa.
(1986). Dasar-Dasar Umum Manajemen
Pendidikan. Bandung: Tarsito.
Hasibuan,
Malayu. (2009) Manajemen Dasar,
Pengertian, dan Masalah Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/…/bab7_dasar_dan_teknik_pengawasan\
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/managemen_strategik/bab10_sistem_pengendalian_strategi.pdf
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=110534